A.
Pengertian
Sikap terbentuk dalam perkembangan individu, karenanya
faktor pengalaman individu mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka
pembentukan sikap individu yang bersangkutan. Namun demikian pengaruh luar itu
sendiri belumlah cukup meyakinkan untuk dapat menimbulkan atau membentuk sikap
tersebut, sekalipun diakui bahwa faktor pengalaman adalahfaktor yang penting.
Karena itu dalam pembentukan sikap faktor individu sendiri akan ikut serta
menentukan terbentuknya sikap tersebut. Karena itu secara garis besar
pembentukan dan perubahan sikap itu akan
ditentukan oleh dua faktor yang pokok, yaitu faktor individu itu sendiri atau
faktor dalam dan faktor dari luar atau faktor ekterm.
Sikap memiliki beberapa
karakteristik, antara lain: arah, intensitas, keluasan, konsistensi dan
spontanitas (Assael, 1984 dan Hawkins dkk, 1986). Karakteristik dan arah
menunjukkan bahwa sikap dapat mengarah pada persetujuan atau tidaknya individu,
mendukung atau menolak terhadap objek sikap. Karakteristik intensitas
menunjukkan bahwa sikap memiliki derajat kekuatan yang pada setiap individu
bisa berbeda tingkatannya. Karakteristik keluasan sikap menunjuk pada cakupan
luas mana kesiapan individu dalam merespon atau menyatakan sikapnya secara spontan.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap
adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk
bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan
konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku
terhadap suatu objek.
B.
Teori-teori
Perubahan Sikap
Berkaitan dengan pengubahan sikap dapat dikemukakan
adanya beberapa teori yang sering dimnunculkan, yaitu teori Rosenberg dan teori
Festinger.
1. Teori Rosenberg
Teori Rosenberg dikenal dengan teori affective-cognitive
consistency dalam sikap, dan teori ini kadang-kadang jua disebut teori dua
faktor. Rosenberg (Secord & Backmab, 1964) memusatkan perhatiannya pada
hubungan komponen kognitif dan komponen afektif. Menurut Rosenberg pengertian
kognitif dalam sikap tidak hanya mencakup tentang pengetahuan-pengetahuan yang
berhubungan dengan objek sikap, melainkan juga mencakup kepercayaann atau
hubungan antara objek sikap itu dengan sistem nilai yang ada dalam diri individu.
Suatu hal yang penting pengetrapan teori Rosenberg ini
ialah dalam kaitannya dengan pengubaha sikap. Karena hubungan komponen afektif
dengan komponen kognitif konsiten, maka bila komponen afektifnya berubah maka
komponen kognitifnya juga akan berubah, demikian pula bila komponen kognitifnya berubah, komponen afektifnya juga
akan berubah.
2. Teori festinger
Teori festinger dikenal dengan teori disonansi kognitif
dalam sikap. Festinger meneropong tentang sikap dikaitkan dengan perilaku
nyata, yang merupakan persolan yang banyak mengundang perdebatan. Festinger
dalam teorinya mengemukakan bahwa sikap individu itu biasanya konsisten satu
dengan yang lain, dan dalam tindakannya
juga konsisten satu dengan yang lain. Festinger apa yang dimaksud dengan
elemen kognitif ialah mencukup pengetehuan, pandangan, kepercayaan tentang
lingkungan, tentang seseorang atau tindakan. Pengertian disonansi adalah tidak
cocoknya antara dua atau tiga elemen-elemen kognitif.
Teori perubahan sikap memberikan penjelasan bagaimana sikap seseorang
terbentuk dan bagaimana sikap itu dapat berubah melalui proses komunikasi dan
bagaimana sikap itu dapat mempengaruhi sikap tindak atau tingkah laku
seseorang. Teori perubahan sikap ini antara lain menyatakan bahwa seseorang
akan mengalami ketidaknyamanan di dalam dirinya (mental discomfort) bila ia
dihadapkan pada informasi baru atau informasi yang bertentangan dengan
keyakinannya. Keadaan tidak nyaman disebut dengan istilah disonansi, yang
berasal dari kata dissonance, yang berarti ketidakcocokan atau ketidaksesuaian
sehingga disebut juga dengan teori disonansi. Orang akan berupaya secara sadar
atau tidak untuk membatasi atau mengurangi ketidaknyamanan ini melalui tiga
proses selektif, yaitu penerimaan informasi selektif, ingatan selektif, dan
persepsi selektif.
Teori lain yang muncul pada periode
efek terbatas adalah teori reinforcement atau teori penguatan dari Joseph
Klapper. Dalam buku nya The Effect Of Mass Communication, teori penguatan yang
disusunnya berdasarkan berbagai bukti ilmiah dalam ilmu sosial yang berkembang
sebelum tahun1960-an. Klapper sendiri menyebut teorinya dengan nama
phenomenistic theory, namun orang lebih sering menyebutnya dengan teori
penguatan karena menekankan pada kekuatan media yang terbatas.
Pemahaman mengenai mekanisme
perubahan dan mengubah sikap sangat diperlukan karena sebagai manusia
kadang-kadang kita berperan sebagai agen perubahan dan kadang-kadang kita
berperan sebagai subjek perubahan. Suatu waktu mungkin kita yang mengingkan
orang lain agar mengubah sikap dan di lain waktu mungkin kita perlu
mempertahankan sikap dari usaha-usaha yang hendak mengubahnya.
1.
Startegi Persuasi
Bagaimana sikap dapat berubah atau di ubah?. Persuasi merupakan usaha
perubahan sikap individu dengan memasukkan ide, fikiran, pendapat, dan bahkan
fakta baru lewat pesan-pesan komunikatif. Pesan yang disampaikan dengan sengaja
dimaksudkan untuk menimbulkan kontrdiksi dan inkonsistensi diantara komponen
sikap individu atau diantara sikap dan perilakunya sehingga mengganggu
kestbabilan sikap dan membuka peluang terjadinya perubahan yang diinginkan.
2.
Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional dalam persuasi pada umumnya meliputi beberapa
unsure, yaitu sumber sebagai komunikator yang membawa psan kepada mereka yang
sikapnya hendak diubah, sehingga dikenal istilah "who says what to whom
and with what effect". Peran ke semua unsure dalam komunikasi
persuasive ini ditelaah melalui studi dan riset sehingga melahirkan konsep
teori mengenai strategi persusi dalam usaha perubahan sikap manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar